Ada Apa Dengan KrisMuha Di Pilpres 2024 Yang Akan Datang?
Organisasi Muhammadiyah tidak disengaja telah melahirkan masyarakat varian baru, yaitu Kristen Muhammadiyah alias KrisMuha. Masyarakat varian baru ini berada di wilayah Indonesia timur. Tampaknya kondisi mereka ini layak menjadi modal dasar untuk terselenggaranya pilpres 2024 yang tertib dan aman dari gangguan politisi busuk. Politisi yang sering mengangkat isu perbedaan masyarakat Indonesia Timur yang seolah-olah akan berdampak pada keutuhan bangsa akibat disintegrasi. Lalu mereka memunculkan syarat-syarat tertentu atas dasar birahi politiknya. “Demi keutuhan NKRI” adalah dasar yang biasa dijadikan alasan untuk memaksakan kehendak pribadinya. KrisMuha adalah sebuah realita hasil riset yang sulit terbantahkan oleh pendapat yang hanya mengangkat isu murahan.
Masyarakat varian baru ini adalah modal penting untuk mempererat ikatan persatuan di NKRI. KrisMuha adalah orang Kristen yang menjadi simpatisan Muhammadiyah. Karena mereka telah menuntut ilmu di dunia pendidikan yang dikelola organisasi Muhammadiyah. Fenomena unik ini bukan sebuah gurauan atau bahasa kelakar. Istilah ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq yang telah disusun dalam bentuk buku dengan judul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan. Buku ini di bulan Mei, Tahun 2023 direspon pemerintah. Lahirnya Krismuha ini sesungguhnya sudah lama, namun mencuat kembali ditahun 2023 dalam sebuah bedah buku.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tertarik melakukan bedah buku ini. Masmentri tampaknya begitu antusias untuk menggali fenomena ini lebih dalam. Ketika kegiatan bedah buku mengenai KrisMuha ini di gelar, pemerintah bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Menurut dari beberapa sumber, acara bedah buku ini mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan lintas agama dan budaya. Terutama pasca kegiatan ini digelar, antusias para pembaca berita unik ini menghiasi group medsos secara spektakuler. Para pembaca menanggapi positif kegiatan ini. Memang kegiatan ini digelar pada pada Senin (22/05) di Kantor Kemendikbudristek, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta. Namun sesungguhnya pemberitaan tentang KrisMuha bukan hal baru. Karena pemberitasnnya sudah dilakukan sejak tahun 1920 di beberapa media. Kali ini pembahasannya lebih spektakuler karena berupa bedah buku.
Fajar Riza Ulhaq, ketua LKKS PP menyatakan bahwa buku ini menggambarkan situasi toleransi di daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Fenomena KrisMuha ini terjadi di daerah-daerah pinggiran Indonesia Timur. Sesuai tempat dilakukannya riset ini yaitu di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua; dan Putussibau, Kalimantan Barat (Kalbar). Berarti istilah KrisMuha ini bukan lagi bahasa gurauan atau candaan. Ini merupakan cirikhas budaya daerah yang telah mendapatkan bentuk khas kearifan lokal. Masyarakat KrisMuha itu tidak melunturkan keyakinannya terhadap agama leluhur mereka.
Diduga dengan adanya interaksi yang intens antara siswa-siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah binaan Muhammadiyah ini melahirkan toleransi beragama diwilayah ini. Perlu dicatat dan ditegaskan bahwa interaksi tersebut tidak menghilangkan identitas mereka sebagai penganut agama Kristen yang taat.
Mungkin hal di atas ini bisa memperkokoh kesatuan dan persatuan NKRI. Merupakan modal dasar dalam pilpres 2024 yang akan datang. Karena selama ini ada sebagian masyarakat yang menganggap Indonesia bagian timur sebagai bagian yang sering dijadikan alat politik. Khususnya ketika tokoh nasional yang diangkat merupakan tokoh bukan dari kaum yang dibesarkan dari masyarakat minoritas. Seolah-olah kaum minoritas Indonesia Timur itu, ingin memisahkan diri. Berkat hasil riset ini akan menjadi bantahan nyata terhadap isyu miring.
Toleransi beragama itu muncul dari kaum terpelajar yang berada diberbagai daerah. Bahasa Indonesia telah mempersatukannya. Apalagi merebaknya pemberitaan yang sangat heboh belakangan ini, bahwa bahasa Indonesia akan menjadi bahasa resmi di PBB. Sehingga Malaysia begitu gencar mengklaim sebagai bahasa melayu milik mereka, kini diakui dunia. Alasan pejabat Malaysia karena 300 juta penduduk dunia menggunakan bahasa Melayu. Padahal penduduk Indonesia itu melampaui angka 270 juta jiwa. Mereka tidak pamilier dengan bahasa daerah Melayu.
Bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu. Sebab bahasa Melayu itu merupakan bahasa daerah yang tidak mudah dipahami seluruh suku yang ada di NKRI. Bahasa Melayu setara dengan bahasa Jawa, Sunda, Batak, dst. Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu, sebagai contoh kecil terbukti seorang wanita gereja panatik yang menjadi KrisMuha dalam video di atas ini, menuturkannya begitu mudah dipahami. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa pemersatu, yaitu Bahasa Indonesia. Pernyataan dan cerminan wujud toleransi mereka telah diungkapkan dalam bahasa Indonesia yang baku. Bahasa yang bisa dipahami oleh pengguna bahasa melayu disekuruh dunia. Beda dengan bahasa Melayu yang hanya dipajami masyarakat minoritas.
KrisMuha adalah modal dasar untuk mempererat persatuan. Harus diangkat kepermukaan sebelum pilpres diselenggarakan ditahun 2024 yang akan datang. Agar tidak dipolitisir oleh segelintir politisi yang memanfaatkan keadaan masyarakat Indonesia Timur. Seperti tradisi politisi sebelumnya, seolah-olah masyarakat Indonesia Timur itu, begitu berbeda dengan masyarakat Indonesia bagian barat. Padahal KrisMuha ini adalah bukti nyata. Berbaurnya masyarakat lintas suku dan lintas bahasa. Hal demikian, di daerah ini telah terjadi sejak lama. Akulturasi di kawasan timur Indonesia, mengalir sesuai hukum alam. Kini kearifan lokal ini, layak jadi tauladan bagi Indonesia di bagian lainnya (Waglo).
Toleransi antar umat seagama dan antar umat lain agama harus terus dijaga
Aamiin