KEBAHAHGIAAN YANG TAK KU INGINKAN

Bagikan artikel ini

 

 

KEBAHAHGIAAN YANG TAK KU INGINKAN

Oleh:NabellaAfraAchdi,S.Pd.I.

Saya seorang anak yg memiliki seorang bpk yang urutan anak kedua dari tiga belas bersaudara dikeluarga besarnya. Pernikahan yang suci, penuh kedamaian dan kehangatan keluarga adalah impian semua orang, tp semua itu tidak dengan pernikahan saya. Tahun 2018 pesta pernikahan saya lalui sangat sangat jauh dari apa yang saya harapkan bahkan membuat diri ini trauma dgn melihat pesta terutama dalam pernikahan, saya merasa sangat trauma. Bagaimana tidak ? karena setelah pesta pernikahan, keluarga saya tidak menganggap adanya keluarga saya didalam keluarga besarnya hanya masalah sepele yaitu baju seragam keluarga yang menurut nya tidak pantas untuk acara pesta pernikahan.
Saya sangat  merasa sedih karena niat kami yang baik tapi terbalik dengan niat kami sehingga keluarga terpecah belah sampai putus silaturahmi, sejatinya bukan pernikahan seperti itu yang saya inginkan.
Keluarga besar yang lainnya saling menyebarkan cerita tentang keluarga saya yang tidak sesuai degan kenyataannya, tetapi kami sebagai keluarga yang di jelekkan tidak melakukan pembelaan kepada siapapun hanya saja saling menguatkan terutama kepada kedua orangtua bahwa “Allah itu maha melihat, maha mendengar dan suatu saat akan menunjukkan semuaa kebenarannya”. Jujur kami sangat sedih dengan semua yang terjadi, kami tidak ingin terpecah dalam hubungan keluarga tetapi apa boleh buat setiap kami bertemu keluarga yang lain tidak disapa, di acuhkan, bahkan yang membuat diri ini sangat menangis ketika tahun 2019 lahir putra pertama saya tetapi tidak ada satu orang keluarga besar dari bpk yang melihat anak saya bahkan mengucapkan selamat atas kelahiran anak saya pun tidak d perbolehkan oleh keluarganya yang lain. Sakit…… Sekali rasanya, di hari yang bahagia tidak ada seorangpun yang mengucapkan selamat bahkan menengok bayi saya.
Kesenjangan pun terus berlanjut sampai tahun 2020 lahir kembali anak saya yang kedua dan terulang kembali seperti anak pertama. Saya hanya bisa berdoa kepada Allah ” yaa Allah… Sungguh sakit rasanya memiliki banyak saudara tapi tidak ada satupun yang perduli, tunjukkan kebenaran dan maafkan lah mereka”.
Setelah 3 tahun berselang, tepatnya tahun 2019 saya mendengar kabar bahwa salah satu adik dari bpk saya mengidap kanker payudara stadium 4. Menangis rasaya hati ini karna ingin menjenguk tetapi kehadiran kami selalu d acuhkan bak orang asing yang tidak mereka kenal, tetapi orangtua saya selalu berkata “”teruslah berbuat baik walaupun orang lain tidak berbuat baik kepadamu, karena semua perbuatan itu akan kembali ke diri kamu sendiri” akhirnya saya pun terus mengikuti nasihat orang tua saya walaupun niat baik saya selalu d acuhkan.
Ketika 06 Januari 2024 tepatnya hari Sabtu keluarga saya menggelar pesta pernikahan adik saya kedua, semua saudara yang mengacuhkan kami pun di undang tanpa terkecuali. Karena bagi kami tidak ada yang namanya mantan saudara walaupun kehadiran kami tidak di harapkan. Alhamdulillah…. Akhirnya mereka datang memenuhi undangan kami dan mereka meminta maaf agar memaafkan adik mereka yang sedang kritis karena kanker payudara, kami sangat terkejut mendengarnya dan kami memaafkan segala kesalahannya. Tapi kami yakin allah memiliki rencana di balik semua musibah ini, ketika hari Minggu malam setelah pesta pernikahan kami sangat lelah lalu mendapatkan TLP bahwa saudara yang mengidap penyakit tersebut sedang sakaratul maut dan keluarga besar bpk sudah berkumpul semua di rumah tersebut tetapi belum menghembuskan nafas juga kecuali keluarga saya yang hadir karena kami takut kehadiran kami tidak di harapkan.
Setelah beberapa jam masih mengalami sakaratul maut, akhirnya ketika Senin pagi kami d TLP kembali oleh keluarga besar untuk hadir dengan membawa semua anggota keluarga saya. Akhirnya dengan rasa takut tapi bismillah sepanjang jalan selalu berzikir dan berdoa semoga Alloh melindungi kami dan memberikan hidayah kepada mereka bahwa niat keluarga kami selalu memiliki niat yang tulus dan suci tidak seperti apa yang mereka sebarkan pada  orang lain.
Alhamdulillah…. Setelah beberapa jam mengalami sakaratul maut akhirnya menghembuskan nafas terakhir ketika ibu saya masuk kedalam kamar tersebut dan membisikkan di telinga nya “in syaa Alloh semua perkataan an perbuatan sudah di maafkan, jika mau pergi di persilakan semoga tenang dan di tempatkan di surganya Alloh”. Ketika orangtua saya keluar dari kamar, semua anggota keluarga besar memeluk erat ibu saya dan meminta maaf sehingga kami dapat di terima kembali menjadi bagian dari keluarga besar.
Saya pun ikut meneteskan air mata karena pada akhirnya anak saya pun kehadiran nya di sambut hangat bahkan diperlakukan seperti raja padahal awalnya mereka menjenguk saja tidak mau. MasyaAllah… Allahuakbar.
Hikmah yang dapat diambil dari kejadian tersebut adalah manusia harus sadar hakikat nya kita tidak hanya hidup di dunia saja tetapi masih ada kehidupan akhirat, setaqwa dan ahli ibadah pun jika lisan dan perbuatan menyakiti hati orang lain padahal orang yang di sakiti itu memiliki hati yang tulus maka semua itu akan sia2 karna proses kematian itu seperti cerminan ketika kita hidup di dunia …

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *