Tugas yang Bernilai Moral

Bagikan artikel ini

Tugas yang Bernilai Moral

Oleh : Ferdinan Mahrus

Secara umum, saya akan bilang bahwa tujuan hidup manusia hanyalah untuk beribadah kepada Tuhan. Ibadah itulah tugas yang memiliki nilai moral. Itu artinya beribadah adalah menjalankan tugas-tugas yang Tuhan perintahkan dengan nilai moral. Tidak melulu soal ibadah sakral, juga termasuk perbuatan kita sehari-hari. Misalkan Anda mendapatkan uang lebih pada kembalian saat Anda sedang berbelanja, tentu tugas Anda adalah mengembalikannya dengan jujur, lalu apa yang membedakan tugas bermoral dengan bertugas saja?, yaitu tentang keikhlasannya. Apa dasar atau alasan Anda untuk mengembalikan uang lebih itu? Apakah karena kasihan? Takut ketahuan? Atau karena Anda sadar karena memang itulah yang harusnya Anda kerjakan—tanpa alasan apapun yang dikaitkan dengan emosi. Ketika Anda mengembalikan uang lebih itu dengan dasar kasihan atau takut maka Anda hanya bertugas saja, karena setelah Anda mengerjakan pasti masih ada hal yang Anda pikirkan atau bahkan komplain terkait masalah itu karena berkaitan dengan emosi, bukannya nalar.

“Baguslah saya kembalikan, kasihan penjual tadi capek sampai berkeringat.” (lalu bagaimana jika tidak terlihat capek? Apakah masih akan mengembalikan?)

“Untung saja saya kembalikan, kalau ketahuan repot nanti.” (kalau tidak ada yang lihat bagaimana? Apakah ingin berbohong?)

“Gilak keren bat gweh balikin duit yang kelebihan itu.” (kalau lingkungan Anda menganggap sok baik apakah masih ikhlas mengembalikan?)

Coba bandingkan dengan orang yang memiliki dasar karena mereka sadar memang sudah seharusnya mereka mengembalikannya atau dengan kata lain karena memang begitulah perintah Tuhan—tanpa alasan apapun yang dikaitkan dengan perasaan dan tanpa ragu untuk mengembalikannya.

“…”

Ya, tidak ada yang mereka pikirkan. Karena sudah normal bagi mereka untuk berbuat baik seperti itu, seolah hanya angin lalu yang tidak perlu mereka pedulikan lalu melupakannya. Lihatlah, mana yang lebih ikhlas mengerjakan. Lalu apakah dengan hanya bertugas saja salah? Tidak. Tidak ada yang salah dengan semua itu, yang salah adalah mereka yang tidak bertugas (bermaksiat).

Dengan alasan apapun kalian tetap harus menjalankan tugas dengan baik. Tetapi akan lebih membahagiakan dan mudah bila mengerjakan dengan nilai moral (ikhlas sepenuhnya).

Untuk apa Anda belajar, mengejar nilai? Mendapatkan ijazah? Gelar? Perkerjaan? Atau memang sudah menjadi tugas kita?. Untuk apa Anda bekerja, gaji? Kekayaan? Jabatan? Atau memang sudah menjadi tanggung jawab kita? Untuk apa Anda menjaga kebersihan?, menikah?, membantu sesama?, Untuk apa Anda Sholat, disuruh orang tua, guru? Agar dipandang alim? Mau surga? Takut neraka? Atau memang begitulah perintah Tuhan? dan begitu seterusnya untuk kegiatan spesifik lainnya. Itulah hal yang perlu kita pikirkan agar mudah dalam mengerjakan dan menjalani hidup dengan lebih bermakna.

Kita adalah manusia yang didesain dengan akal dan nalar, itu yang membedakan kita dengan binatang. Karena itu kita harus sebaik-baiknya menggunakan nalar dan bukan hanya mengikuti hawa nafsu. Kita mampu memilih makna/dasar/alasan/tujuan/pemikiran apa yang ingin kita gunakan dalam menjalani kehidupan yang penuh makna. Karena itu Hiduplah Selaras dengan Alam. Hidup sesuai dengan desainnya dan sesuai dengan apa yang telah Tuhan tetapkan dan perintahkan kepada kita manusia. Dan mereka yang melawan atau mengingkari yang telah ditetapkan—tidak bertugas—artinya keluar dari keselarasan dengan Alam kemudian hilang makna hidupnya, tidak bermoral, dan berlaku seperti binatang atau lebih buruk lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *